Kisah Tiga Kambing; Putih, Coklat dan Hitam
Alkisah
di sebuah rumah dekat hutan hidup tiga ekor kambing, Si Putih, Si
Coklat dan Si Hitam. Sepanjang hari mereka selalu bersama. Mereka keluar
bermain bersama, makan bersama dan melakukan semua pekerjaan
bersama-sama. Sampai pada suatu hari salah satu dari mereka memutuskan
untuk mengubah gaya hidupnya. Hari itu seperti biasa mereka pergi keluar
bersama-sama untuk makan. Si Putih membuka pembicaraan. "Aku jenuh
dengan gaya hidup kita. Aku ingin membangun rumah sendiri dan hidup
terpisah," ujarnya.
Si Coklat
memikirkan kata-kata temannya itu. Dalam hati ia berkata, "Pikiran yang
baik. Tak ada salahku aku mencobanya." Diapun lalu mengatakan niatnya
meniru langkah Si Putih membangun rumah dan hidup terpisah.
Si Hitam yang lebih bijak dibanding kedua temannya angkat bicara dan
mengatakan, "Lebih baik urungkan niat kalian itu. Selama ini kita hidup
bersama dan baik-baik saja. Kita sehat dan hidup nyaman. Mengapa kalian
harus meninggalkan rumah kita yang bagus ini. Ketika bersama, kita bisa
bantu membantu menyelesaikan setiap kesulitan yang kita hadapi. Dengan
bersama-sama kekuatan kita untuk bisa melindungi diri dari serangan
musuh juga lebih besar. Tidak demikian halnya jika kita hidup terpisah
dan sendiri-sendiri."
Kata-kata Si
Hitam tak mampu membuat Si Putih dan Si Coklat mengurungkan niat mereka
untuk hidup terpisah. Ketika masih asyik memakan rumput dan
bercakap-cakap, sepintas seseorang yang membawa keranjang besar berisi
jerami berlalu di depan mata mereka.
Si Putih berkata, "Aku ingin membuat rumah dari jerami. Akan kubuat
rumahku nyaman, indah dan penuh kedamaian." Ia segera mendekati orang
itu dan membeli semua jerami yang ada di keranjangnya. Dengan jerami
itu, Si Putih mulai mewujudkan impiannya dan membangun sebuah rumah yang
indah untuk dirinya. Setelah selesai, ia memandang rumahnya dan
berkata, "Hmmm… Indah sekali rumahku. Apalagi aku akan hidup sendiri di
rumah ini." Ia pun berpamitan dari kedua sahabatnya dan masuk ke
rumahnya yang baru untuk beristirahat. Ia merasa nyaman hidup sendiri.
Si Coklat yang melihat semua itu, memutuskan untuk mengikuti langkah Si
Putih. Mendadak matanya tertuju kepada seseorang yang membawa sejumlah
kayu di atas punggung untanya. Dalam hati dia berkata, "Aku ingin
membangun rumah dari kayu. Tentu akan menjadi rumah yang indah." Iapun
mendatangi orang itu dan membeli semua kayunya. Dengan kayu-kayu itu ia
mulai bekerja membangun rumah idaman. Setelah selesai ia merasa senang
dengan rumahnya yang indah itu. Iapun berpamitan dengan Si Hitam dan
masuk ke rumahnya untuk beristirahat. Ia mulai menikmati kesendiriannya
di rumah yang baru.
Si Hitam hanya
bisa mengelus dada. Ia harus membiasakan diri hidup tanpa kedua
sahabatnya. Saat berjalan sendiri, ia berpapasan dengan seseorang yang
membawa batubata dalam jumlah yang lumayan banyak. Melihat itu ia
memutuskan untuk membangun rumah yang kokoh dari batubata. Ia mendatangi
orang itu dan membeli batubata secukupnya. Iapun mulai bekerja sampai
rumah yang diinginkannya terbangun. Sejenak ia merasa senang dan puas
dengan rumah yang dibangunnya itu. Rumah yang indah dan kokoh. Tapi
sayang, katanya dalam hati. Aku hidup sendiri di rumah ini.
Roda waktu terus berputar. Ketiga sahabat itu hidup secara terpisah.
Sampai suatu saat seekor serigala buas berbadan besar datang ke tempat
itu. Ia melihat tiga rumah yang berdekatan, satu rumah dari jerami, satu
dari kayu dan satu lagi dari batubata. Dari balik jendela rumah jerami,
ia melihat seekor kambing berwarna putih. "Kambing yang putih dan
cantik ini adalah santapanku malam ini," katanya dalam hati.
Ia mendekat dan menyapa pemilik rumah, "Hai kambing putih yang cantik. Bolehkah aku mampir ke rumahmu?"
Si Putih menjawab, "Tidak. Rambutmu panjang dan wajahmu menakutkan. Aku tak bisa mempersilakanmu masuk ke rumah."
Serigala dengan suara yang menakutkan berkata lagi, "Baiklah kalau begitu. Akan kutiup rumahmu sekuat tenaga sampai roboh."
Serigala mulai meniup rumah itu. Jeramipun beterbangan terkena
tiupannya. Rumah Si Putih rusak, dan ia terpaksa lari ke hutan
menyelamatkan diri. Serigala mengejarnya tapi kambing putih itu tak ia
temukan.
Serigala mendatangi rumah
kedua yang terbuat dari kayu. Dari balik jendela ia melihat seekor
kambing berwarna coklat. "Ini dia makananku malam ini," katanya dalam
hati.
Ia mendekat dan menyapa pemilik rumah, "Hai kambing coklat yang cantik. Bolehkah aku mampir ke rumahmu?"
Si Coklat menjawab, "Tidak. Rambutmu panjang dan wajahmu menakutkan. Aku tak bisa mempersilakanmu masuk ke rumah."
Serigala dengan suara yang menakutkan berkata lagi, "Baiklah kalau begitu. Akan kutiup rumahmu sekuat tenaga sampai roboh."
Serigala mulai meniup rumah itu. Tapi rumah itu tak juga roboh.
Serigala yang sudah kesal berkata, "Baiklah. Akan kurusak rumah ini."
Iapun mulai merusak rumah Si Coklat. Rumah itupun roboh dan Si Coklat
terpaksa lari ke hutan untuk menyelamatkan diri. Serigala mengejarnya
tapi kambing coklat itu tak ia temukan.
Serigala mendatangi rumah ketiga yang terbuat dari batubata. Dari balik
jendela ia melihat seekor kambing berwarna hitam. "Nah ini dia
makananku yang lezat, kambing hitam yang menawan," katanya dalam hati.
Dia mendekat dan menyapa pemilik rumah, "Hai kambing hitam yang berbulu
bagus. Bolehkah aku mampir ke rumahmu?" Si Hitam menjawab, "Tidak.
Rambutmu panjang dan wajahmu menakutkan. Aku tak bisa mempersilakanmu
masuk ke rumah."
Serigala dengan suara yang menakutkan berkata lagi, "Baiklah kalau begitu. Akan kutiup rumahmu sekuat tenaga sampai roboh."
Serigala mulai meniup rumah itu. Tapi rumah itu tak juga roboh. Dengan
sekuat tenaga serigala berusaha merusak rumah itu. Tapi usahanya
sia-sia. Rumah ini terlalu kokoh untuknya.
Serigala yang sangat geram berkata, "Baiklah. Aku akan masuk dari
lubang angin." Binatang buas itu naik ke atap rumah Si Hitam. Kambing
yang cerdik itu segera mengambil bejana besar dan meletakkannya di bawah
lubang angin rumahnya lalu mengisinya dengan air. Kemudian dia
menyalakan api untuk memanaskan air itu. Tak lama kemudian air panas
sudah tersedia.
Sambil tersenyum, Si Hitam berkata dengan suara keras. "Hai Serigala, silakan turun. Aku menunggumu di bawah lubang angin ini."
Serigala masuk lewat lubang angin dan terjatuh di bejana berisi air
panas. Ia menjerit kesakitan dan melolong minta tolong. Si Hitam tertawa
lalu menutup bejana itu. Dia kemudian pergi ke hutan mencari kedua
temannya. Setelah menemukan Si Putih dan Si Coklat, ia membawa mereka ke
rumahnya. Mereka pun kembali hidup bersama di rumah yang kokoh
itu.
copyright (IRIB Indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar