Minggu, 13 Januari 2013

Kisah Tiga Kambing; Putih, Coklat dan Hitam



 














Alkisah di sebuah rumah dekat hutan hidup tiga ekor kambing, Si Putih, Si Coklat dan Si Hitam. Sepanjang hari mereka selalu bersama. Mereka keluar bermain bersama, makan bersama dan melakukan semua pekerjaan bersama-sama. Sampai pada suatu hari salah satu dari mereka memutuskan untuk mengubah gaya hidupnya. Hari itu seperti biasa mereka pergi keluar bersama-sama untuk makan. Si Putih membuka pembicaraan. "Aku jenuh dengan gaya hidup kita. Aku ingin membangun rumah sendiri dan hidup terpisah," ujarnya.
 
Si Coklat memikirkan kata-kata temannya itu. Dalam hati ia berkata, "Pikiran yang baik. Tak ada salahku aku mencobanya." Diapun lalu mengatakan niatnya meniru langkah Si Putih membangun rumah dan hidup terpisah.
 
Si Hitam yang lebih bijak dibanding kedua temannya angkat bicara dan mengatakan, "Lebih baik urungkan niat kalian itu. Selama ini kita hidup bersama dan baik-baik saja. Kita sehat dan hidup nyaman. Mengapa kalian harus meninggalkan rumah kita yang bagus ini. Ketika bersama, kita bisa bantu membantu menyelesaikan setiap kesulitan yang kita hadapi. Dengan bersama-sama kekuatan kita untuk bisa melindungi diri dari serangan musuh juga lebih besar. Tidak demikian halnya jika kita hidup terpisah dan sendiri-sendiri."
 
Kata-kata Si Hitam tak mampu membuat Si Putih dan Si Coklat mengurungkan niat mereka untuk hidup terpisah. Ketika masih asyik memakan rumput dan bercakap-cakap, sepintas seseorang yang membawa keranjang besar berisi jerami berlalu di depan mata mereka.
 
Si Putih berkata, "Aku ingin membuat rumah dari jerami. Akan kubuat rumahku nyaman, indah dan penuh kedamaian." Ia segera mendekati orang itu dan membeli semua jerami yang ada di keranjangnya. Dengan jerami itu, Si Putih mulai mewujudkan impiannya dan membangun sebuah rumah yang indah untuk dirinya. Setelah selesai, ia memandang rumahnya dan berkata, "Hmmm… Indah sekali rumahku. Apalagi aku akan hidup sendiri di rumah ini." Ia pun berpamitan dari kedua sahabatnya dan masuk ke rumahnya yang baru untuk beristirahat. Ia merasa nyaman hidup sendiri.
 
Si Coklat yang melihat semua itu, memutuskan untuk mengikuti langkah Si Putih. Mendadak matanya tertuju kepada seseorang yang membawa sejumlah kayu di atas punggung untanya. Dalam hati dia berkata, "Aku ingin membangun rumah dari kayu. Tentu akan menjadi rumah yang indah." Iapun mendatangi orang itu dan membeli semua kayunya. Dengan kayu-kayu itu ia mulai bekerja membangun rumah idaman. Setelah selesai ia merasa senang dengan rumahnya yang indah itu. Iapun berpamitan dengan Si Hitam dan masuk ke rumahnya untuk beristirahat. Ia mulai menikmati kesendiriannya di rumah yang baru.
 
Si Hitam hanya bisa mengelus dada. Ia harus membiasakan diri hidup tanpa kedua sahabatnya. Saat berjalan sendiri, ia berpapasan dengan seseorang yang membawa batubata dalam jumlah yang lumayan banyak. Melihat itu ia memutuskan untuk membangun rumah yang kokoh dari batubata. Ia mendatangi orang itu dan membeli batubata secukupnya. Iapun mulai bekerja sampai rumah yang diinginkannya terbangun. Sejenak ia merasa senang dan puas dengan rumah yang dibangunnya itu. Rumah yang indah dan kokoh. Tapi sayang, katanya dalam hati. Aku hidup sendiri di rumah ini.
 
Roda waktu terus berputar. Ketiga sahabat itu hidup secara terpisah. Sampai suatu saat seekor serigala buas berbadan besar datang ke tempat itu. Ia melihat tiga rumah yang berdekatan, satu rumah dari jerami, satu dari kayu dan satu lagi dari batubata. Dari balik jendela rumah jerami, ia melihat seekor kambing berwarna putih. "Kambing yang putih dan cantik ini adalah santapanku malam ini," katanya dalam hati.
 
Ia mendekat dan menyapa pemilik rumah, "Hai kambing putih yang cantik. Bolehkah aku mampir ke rumahmu?"
 
Si Putih menjawab, "Tidak. Rambutmu panjang dan wajahmu menakutkan. Aku tak bisa mempersilakanmu masuk ke rumah."
 
Serigala dengan suara yang menakutkan berkata lagi, "Baiklah kalau begitu. Akan kutiup rumahmu sekuat tenaga sampai roboh."
 
Serigala mulai meniup rumah itu. Jeramipun beterbangan terkena tiupannya. Rumah Si Putih rusak, dan ia terpaksa lari ke hutan menyelamatkan diri. Serigala mengejarnya tapi kambing putih itu tak ia temukan.
 
Serigala mendatangi rumah kedua yang terbuat dari kayu. Dari balik jendela ia melihat seekor kambing berwarna coklat. "Ini dia makananku malam ini," katanya dalam hati.
 
Ia mendekat dan menyapa pemilik rumah, "Hai kambing coklat yang cantik. Bolehkah aku mampir ke rumahmu?"
 
Si Coklat menjawab, "Tidak. Rambutmu panjang dan wajahmu menakutkan. Aku tak bisa mempersilakanmu masuk ke rumah."
 
Serigala dengan suara yang menakutkan berkata lagi, "Baiklah kalau begitu. Akan kutiup rumahmu sekuat tenaga sampai roboh."
 
Serigala mulai meniup rumah itu. Tapi rumah itu tak juga roboh. Serigala yang sudah kesal berkata, "Baiklah. Akan kurusak rumah ini." Iapun mulai merusak rumah Si Coklat. Rumah itupun roboh dan Si Coklat terpaksa lari ke hutan untuk menyelamatkan diri. Serigala mengejarnya tapi kambing coklat itu tak ia temukan.
 
Serigala mendatangi rumah ketiga yang terbuat dari batubata. Dari balik jendela ia melihat seekor kambing berwarna hitam. "Nah ini dia makananku yang lezat, kambing hitam yang menawan," katanya dalam hati.
 
Dia mendekat dan menyapa pemilik rumah, "Hai kambing hitam yang berbulu bagus. Bolehkah aku mampir ke rumahmu?" Si Hitam menjawab, "Tidak. Rambutmu panjang dan wajahmu menakutkan. Aku tak bisa mempersilakanmu masuk ke rumah."
 
Serigala dengan suara yang menakutkan berkata lagi, "Baiklah kalau begitu. Akan kutiup rumahmu sekuat tenaga sampai roboh."
 
Serigala mulai meniup rumah itu. Tapi rumah itu tak juga roboh. Dengan sekuat tenaga serigala berusaha merusak rumah itu. Tapi usahanya sia-sia. Rumah ini terlalu kokoh untuknya.
 
Serigala yang sangat geram berkata, "Baiklah. Aku akan masuk dari lubang angin." Binatang buas itu naik ke atap rumah Si Hitam. Kambing yang cerdik itu segera mengambil bejana besar dan meletakkannya di bawah lubang angin rumahnya lalu mengisinya dengan air. Kemudian dia menyalakan api untuk memanaskan air itu. Tak lama kemudian air panas sudah tersedia.
 
Sambil tersenyum, Si Hitam berkata dengan suara keras. "Hai Serigala, silakan turun. Aku menunggumu di bawah lubang angin ini."
 
Serigala masuk lewat lubang angin dan terjatuh di bejana berisi air panas. Ia menjerit kesakitan dan melolong minta tolong. Si Hitam tertawa lalu menutup bejana itu. Dia kemudian pergi ke hutan mencari kedua temannya. Setelah menemukan Si Putih dan Si Coklat, ia membawa mereka ke rumahnya. Mereka pun kembali hidup bersama di rumah yang kokoh itu.
copyright (IRIB Indonesia)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer